Kisah Unik Silat Tradisional: Ternyata beladiri ga seperti yang dipikirkan oleh masyarakat umum - part 1
Sunday, January 9, 2011
Kisah Unik Silat Tradisional: Ternyata beladiri ga seperti yang dipikirkan oleh masyarakat umum - part 1
Silat...
Biasa kita mendengar kalimat tersebut yang ada dibayangan pandangan orang umum adalah pelatihan beladiri yang ada kembangannya, pertandingan, ujian sabuk, hal-hal yang berhubungan dengan gaib.
Dan hal tersebut adalah pandangan orang awam tentang silat..bukan?
Lalu apakah kita pernah mendengar sisi lain dari beladiri kita ini?
Dikala saya melihat banyak yang berbangga dengan baju taekwondo, seragam kerennya aikido, sampai senang mempelajari budaya jepang yang berawal dari ketertarikan mereka pada beladirinya.
(saya sih lebih bangga nggak pakai baju)
Banyak dari mereka yang justru memandang sebelah mata beladiri silat, baik karena jurusnya yang aneh maupun ketidak percayaan pada hal-hal ghaib. Hal tersebut wajar karena sebelumnya mereka tidak pernah mengetahui dan mengenal apa itu silat.
Tak kenal maka tak sayang, pernah mendengar istilah ini?
Sekarang kita sedikit membahas sebenarnya apa sih sisi lain dari silat yang tidak pernah kita ketahui???
Mula-mula kita harus membahas sedikit hal dari dunia beladiri secara umum...
Coba kita bahas hal pertama, menarik kok untuk disimak
Kulitnya atau Isinya
Bayangkan waktu kita lihat durian yang berduri dan menyeramkan, waktu kita belah maka kita akan melihat isinya yang empuk dan manis bukan?
Lihat ada buah jeruk yang warnanya kuning, apa yang kita pikirkan? asem? manis? apa kita bisa tahu tanpa pernah mencobanya terlebih dahulu?
Hal diatas adalah contoh dari pemikiran bahwa kadang apa yang kita lihat belum tentu sama dengan jika kita merasakannya sendiri.
Hukum ini berlaku secara universal, namun sekarang kita akan membahas apa hubungan kalimat sok bijak diatas dengan silat...
Saya memiliki teman yang pernah berkata
"Percuma loe lie belajar beladiri , kalau berantem juga ujung2nya mukul asal2an bak bikbuk"
Well, jika melihat kulitnya saja maka pemikiran seseorang hanya akan sangat-sangat subjectif sesuai apa yang dilihatnya dengan mata.
Padahal mata bisa menipu.. hehehe
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada kisah seorang seseorang yang berlatih suatu jurus dengan tekun, berlatih tekun dan sekuat tenaga.
Namun dikala orang itu terdesak, misalkanlah berantem memperebutkan jatah makan (wakaka kasian amat sih nih orang).
Orang itu tetap berkelahi membabi buta dan menyerang dengan asal-asalan
Ada juga cerita dimana seseorang berlatih dengan tekun dan sekuat tenaga juga tapi di saat diperlukan, apa yang dia pelajari benar-benar terpakai dan bermanfaat.
Tentunya kita belum bisa membayangkan apa yang terjadi dalam kasus diatas secara visualisasi bukan?
Baiklah akan saya berikan contohnya:
Sang guru mengajarkan si A dan si B suatu bentuk jurus. Dan si guru meminta si murid untuk merasakan saja apa yang terasa saat menggerakan jurus.
Selain itu ada beberapa tips dari gurunya bahwa dalam menjalankan jurus itu, pikiran tidak boleh kemana-mana.. hanya merasakan apa yang terasa baik secara fisik ataupun hati.
Si A berlatih dengan giat dan tekun, ia percaya gerakan yang dilatihnya akan membuatnya jago beladiri, dan juga ia berlatih dengan penuh semangat dan tenaga, semangat yang berapi-api dan membara, dada yang dipenuhi gairah dan emosi meluap saat berjurus.
Sedangkan si B berlatih dengan giat dan tekun juga, bedanya adalah si B melakukan sesuai yang gurunya perintahkan, saat berlatih ia membuang semua pikiran menjadi kuat, hebat ataupun pikiran2 lainnya. Yang ia lakukan hanyalah merasakan sensasi dimana otot-otot mana saya yang bergerak dan yang tidak diperlukan. Dan dia menyadari ternyata untuk bisa merasakan semua itu harus ada 1 hal yang dia jaga yaitu kepasrahan atau ikhlas dalam bergerak.
Beberapa lama berlalu dan si A semakin jadi otot-ototnya dan semakin merasa PD.
Sedangkan si B semakin memahami ternyata bentuk jurus yang dilakukan bisa sangat fleksible dan konsep-konsepnya bisa diterapkan dalam berbagai situasi.
Suatu saat keduanya dihadapkan dalam situasi yang sama yaitu ditantang berantem sama orang.
Si A yang merasa PD bergemuruh hatinya dan akhirnya mereka berantem dimana si A emosinya bergemuruh, adernalinnya memuncak, dan nafsu memukul lawannya sangat tidak bisa ditahan, akhirnya ia memukul dengan membabi buta, tidak terlihat jelas bentuk jurusnya bahkan hampir semua yang dipelajari tidak keluar.
Si B malah diam saja dan mencoba menyelesaikan dengan bernegosiasi, saat ia berlatih, ia terbiasa menjaga emosinya dan nafsunya. Sehingga nggak ada alsan buatnya untuk berantem.
Namun ternyata si penantang tidak tinggal diam dan dia main nonjok kearah si B, dengan cepat si B bisa merasakan datangnya serangan dan bereaksi menahan serangan musuhnya itu. Ternyata latihan ikhlas dan tenang yang dijalani olehnya ada manfaatnya.
Jelas donk dalam menghadapi situasi lainpun...
Misalkan kita kerja di bidang provider, udah mesin server jatih, rusak, telp konsumen banyak makian dan itu karena kesalahan kita.
Apa bisa kita selesaikan dengan penuh emosi, nafsu, adernalin naik, dan meledak-ledak? adanya juga tambah parah kan? wakakaka
Bagaimana jika kita selesaikan dengan penuh ketenangan, kepasrahan, keikhlasan, mencoba yang terbaik seperti saat si B berlatih (tidak menggebu2 dan bernafsu jadi yang terbaik namun waktu hasilnya tidak sesuai malan jatuh dan down).
Yah mungkin annti kita dipecat, dituntut, suruh ganti rugi, dan lain2.
Namun memikirkan hal tersebut juga ga menyelesaikan masalah... bagaimanapun satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah berusaha yang terbaik dengan penuh ke ikhlasan bukan? (jangan lupa berdoa juga hahaha)
Disinilah perbedaan si A dan B dalam mempelajari beladiri.
Disinilah kita bisa melihat bahwa si A hanya mencapai kulit dalam latihannya.
Dan juga si B yang berhasil mendapatkan isi atau esensi dalam latihannya.
Lalu apa hubungannya dengan pembahasan silat ya??
Jelas bagaimanapun kisah diatas adalah kisah universal dalam dunia beladiri.
Tidak terkecuali silat.
Pembahasan diatas adalah salah satu contoh sisi lain dunia beladiri termasuk silat yang tidak pernah dipikirkan masyarakat umum sebelumnya.
Lalu apakah menurut kalian silat (atau beladiri) itu menarik?
Mungkin saya akan mencoba membahas yang lebih menarik lagi pada lanjutan dari pembahasan berikutnya.
Jika hendak bertanya atau memberikan saran saya terima sepenuhnya.
0 comments:
Post a Comment